Kamis, 10 Juli 2008

Kenapa saya menjadi Penderita Diabetes?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan besar yang selalu ingin saya jawab. Karena penduduk Indonesia sekitar 10 % terkena diabetes.
Jawaban yang paling logis adalah kemampuan genetik menoleransi ubi kayu dan daun ubi kayu. Ubi kayu adalah makanan favorit kita. Padahal semua bagian daun dan ubi kayu mengandung asam sianida. Pantaslah penduduk Indonesia banyak kena diabetes. Pendapat ini saya baca pada buku Diabetes yang berwarna merah oleh dr. T. Saya lupa lengkapnya. nanti saya cari lagi di toko buku. Saya membaca buku tsb sampai tuntas lalu dipinjam kawan. Sekarang sudah 2 tahun sejak dipinjam ttp belum kembali.
Mari kita memusuhi ubi kayu. Itu bukan makanan manusia, hanya hewan tertentu tergolong ruminansia yang dapat menoleransi asam sianida.
Mohon jangan marah dulu karena beberapa orang yang saya sarankan telah mengiyakan bahwa itu fakta. Saya sudah tidak mengosumsinya sejak 11 tahun yang lalu sejak baca buku tsb.
Memang mungkin ada yang secara genetik tahan terhadap asam sianida. Tetapi apakah anda mau mengorbankan diri anda? Tidak makan bagian dari ubi kayu juga tidak menjadi masalah.
Sebagai orang yang mengerti pertanian, tanaman ubi kayu bolehlah ditanam sbg sumber etanol atau makanan ternak saja.
Horas...

Hidup dengan Diabetes

Saya menyadari telah kena bakat diabetes sejak kecil. Karena luka kecil pun sewaktu anak-anak susah sembuh. Dan setiap luka yang agak besar ada bekasnya.
Pada tahun 1995 saya mengalami gangguan penglihatan. Waktu itu saya ditugaskan di daerah terpencil di pinggir pantai Timur Sumatera perbatasan Sumut dan Riau. Waktu itu saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu.
Lalu pada tahun 1996 saya mengalami sakit yang tidak jelas penyebabnya. Tiap pagi saya menggigil dan penurunan berat badan dari 78 kg menjadi 63 kg (tinggi saya 170 cm). Saya kaget penyakit apa ini
Awal tahun 1997 saya periksa ke lab. Gula darah saya 425 pada 2 jam setelah makan dan gula darah puasa 275.
Saya sempat putus asa. Inikah akhir hidupku?
Lalu saya belajar beberapa buku yang bagus tentang diabetes. Ternyata diabetes bukan mengakhiri segalanya. Saya belajar menerapkan diet yang benar. Gula darah lumayan bisa dikontrol tetapi sering naik turun.
Pada tahun 2007 saya memutuskan pindah dari Medan ke Sidikalang. Karena di Medan saya terlalu mudah berkeringat jika bergerak.
Disini, di kota ini saya belajar banyak mengatasi penyakit saya. Saya rajin berolahraga dengan sepeda gunung.
Lalu, Saya ingat bahwa dulu tahun 1983 saya terkena gangguan ginjal, lever dan maag pada usus 12 jari. Semuanya teratasi dengan benalu kopi yang dikirim orangtua dari Sidikalang.
Saya jadi penasaran dengan benalu kopi, saya cari informasinya. Ternyata banyak penelitian Unand tentang tanaman parasit ini.
Khasiatnya nyata untuk diabetes. Kenapa nggak saya minum? Saya bisa mendapatkan yang asli dan higienis di sekitar kota Sidikalang. Saya rutin meminumnya 2 kali sehari masing-masing 1 gelas. Jika makan agak banyak saya tambah 1 gelas pada siang hari.
Percaya atau tidak sekarang gula darah saya memang sudah normal. Berat badan saya sekarang berkisar 69-73 kg. Dulu mau nambah 1 kg saja susahnya minta ampun.