Kamis, 10 Juli 2008

Hidup dengan Diabetes

Saya menyadari telah kena bakat diabetes sejak kecil. Karena luka kecil pun sewaktu anak-anak susah sembuh. Dan setiap luka yang agak besar ada bekasnya.
Pada tahun 1995 saya mengalami gangguan penglihatan. Waktu itu saya ditugaskan di daerah terpencil di pinggir pantai Timur Sumatera perbatasan Sumut dan Riau. Waktu itu saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu.
Lalu pada tahun 1996 saya mengalami sakit yang tidak jelas penyebabnya. Tiap pagi saya menggigil dan penurunan berat badan dari 78 kg menjadi 63 kg (tinggi saya 170 cm). Saya kaget penyakit apa ini
Awal tahun 1997 saya periksa ke lab. Gula darah saya 425 pada 2 jam setelah makan dan gula darah puasa 275.
Saya sempat putus asa. Inikah akhir hidupku?
Lalu saya belajar beberapa buku yang bagus tentang diabetes. Ternyata diabetes bukan mengakhiri segalanya. Saya belajar menerapkan diet yang benar. Gula darah lumayan bisa dikontrol tetapi sering naik turun.
Pada tahun 2007 saya memutuskan pindah dari Medan ke Sidikalang. Karena di Medan saya terlalu mudah berkeringat jika bergerak.
Disini, di kota ini saya belajar banyak mengatasi penyakit saya. Saya rajin berolahraga dengan sepeda gunung.
Lalu, Saya ingat bahwa dulu tahun 1983 saya terkena gangguan ginjal, lever dan maag pada usus 12 jari. Semuanya teratasi dengan benalu kopi yang dikirim orangtua dari Sidikalang.
Saya jadi penasaran dengan benalu kopi, saya cari informasinya. Ternyata banyak penelitian Unand tentang tanaman parasit ini.
Khasiatnya nyata untuk diabetes. Kenapa nggak saya minum? Saya bisa mendapatkan yang asli dan higienis di sekitar kota Sidikalang. Saya rutin meminumnya 2 kali sehari masing-masing 1 gelas. Jika makan agak banyak saya tambah 1 gelas pada siang hari.
Percaya atau tidak sekarang gula darah saya memang sudah normal. Berat badan saya sekarang berkisar 69-73 kg. Dulu mau nambah 1 kg saja susahnya minta ampun.

Tidak ada komentar: